Wesley Sneijder, Jenderal Lapangan Tengah Oranje Yang Mengobrak-abrik Pertahanan Lawan

Wesley Sneijder (lahir di Utrecht, Belanda, 9 Juni 1984; umur 26 tahun) adalah pemain tengah Belanda dan Real Madrid yang bertinggi badan 170 cm. Sneijder sebelumnya bermain untuk Real Madrid, memperkuat Ajax Amsterdam. Keistimewaan permainan dari Sneijder adalah umpannya yang akurat dan acapkali mencetak gol dari tendangan bebas maupun tendangan dari luar kotak penalti yang akurat.

Wesley Sneijder memang tak mencetak gol pada pertandingan Belanda vs Denmark, Senin (14/6/2010). Tapi, penampilannya konsisten sepanjang 2×45 menit. Pungggawa Inter Milan menjadi jenderal lapangan tengah Oranje untuk mengobrak-abrik pertahanan Tim Dinamit. Hasilnya, Sneijder dkk memetik poin penuh berkat gol bunuh diri Simon Busk Poulsen dan Dirk Kuyt di menit 85.

Berdasarkan data statistik, tercatat empat kali Sneijder mengancam gawang Denmark. Di menit enam, tendangan bebasnya bikin Denmark ketar-ketir. Sayang, tendangan keras Sneijder masih melebar di tiang gawang. Sneijder kembali mengancam gawang Sorensen. Namun berkat penampilan gemilang, Sorensen sukses memblok tendangan mantan gelandang Real Madrid.

Gol yang dicetak Kuyt juga tak lepas dari peran Sneijder. Kuyt sukses memanfaatkan rebound Eljero Elija yang sebelumnya menciptakan kerja sama apik dengan Sneijder. Selain kerap menjadi ancaman gawang Denmark, Sneijder juga rajin menyuplai bola ke barisan depan. Berkat penampilan konsistennya sepanjang laga, sudah selayaknya Sneijder menjadi man of the match di pertandingan ini.

WESLEY Sneijder terus menjadi sosok paling ditakuti lawan di tengah lapangan. Kesuksesan Belanda mengejar ketinggalan hingga akhirnya mengeliminasi Brasil dari babak perempat final Piala Dunia 2010, Jumat (2/7/2010), menjadi bukti nyata.
Bintang Inter Milan menjadi kunci serangan De Oranje di setiap pertandingan. Namun, pada pertandingan yang digelar di Nelson Mandela Bay Stadium, Port Elizabeth, peran Sneijder jauh lebih signifikan.

Terkenal dengan tendangan set piece yang akurat, Sneijder mengobrak-abrik pertahanan Brasil dan membawa Belanda menyamakan kedudukan di babak kedua setelah umpan silangnya ke depan gawang Julio Cesar salah diantisipasi oleh Felipe Melo yang memungkinkan bola tendangannya meluncur mulus ke gawang Brasil. Berdasarkan statistik sepanjang Piala Dunia 2010, belum ada tim yang sukses membalikkan ketertinggalan untuk memenangkan laga. Namun, statistik itu sepertinya melewatkan satu poin penting: Sneijder. Gol pembuka Belanda menjadi dorongan semangat Sneijder untuk terus mengejar kemenangan. Kegigihan Sneijder akhirnya berbuah manis di menit 68 ketika aksinya menyambar bola rebound Dirk Kuyt melalui header sukses menjebol gawang Cesar untuk kedua kalinya.

Menolak Inter Milan

Wesley Sneijder sangat menghargai minat beberapa klub besar padanya, terutama Inter Milan. Tapi, hatinya hanya untuk Real Madrid. Pria Belanda ini mengalami masa sulit di ibu kota Spanyol. Cedera mengharuskannya ke luar dan masuk skuad Los Blancos. “Kini, saya tak rindu Belanda. Saya harus membuktikan diri dulu. Tapi, memang kadang saya butuh pulang untuk sementara waktu,” kata Sneijder kepada Goal.Minimnya menit bermain membuatnya banyak digosipkan akan meninggalkan Madrid, musim panas nanti. Dan Inter menjadi klub pertama yang akan menangkap Sneijder.

Sayangnya, Sneijder menegaskan ingin bertahan di Madrid. Pria berusia 24 tahun ini masih ingin membuktikan kapasitasnya di Santiago Bernabeu. “Menyenangkan bisa mendengar minat dari beberapa klub besar. Tapi, tak ada alasan untuk meninggalkan Madrid. Tak seorang pun menyuruh saya untuk pergi,” lanjut Sneijder. Sneijder hadir di Madrid sejak akhir 2007. Ia telah bermain di 52 laga La Liga dan hanya mencetak tujuh gol. Kontrak Sneijder bersama Los Merengues berakhir pada 2012.

Maradona : Dikira Anak Pungut Bola

Salah satu pelajaran yang mungkin bisa diresapi Diego Maradona dari pengalamannya di Afrika Selatan adalah, jangan seenaknya memandang remeh seseorang. Lihatlah pada Thomas Mueller. Di awal Maret Maradona mengira Mueller hanyalah seorang bocah pemungut bola saat sesi konferensi pers usai laga friendly Jerman-Argentina di Berlin. Ia bahkan menolak duduk bareng dengan Mueller di sesi itu.

Untungnya pemain yang baru berumur 20 tahun itu tidak marah dan segera meninggalkan tempat untuk membiarkan si ‘Tangan Tuhan’ berbicara di depan. Empat bulan kemudian, atau akhir pekan lalu di Green Point Stadiu, Cape Town, Mueller “menyegarkan” ingatan Maradona dan menunjukkan siapa dirinya. Pada pertandingan krusial babak perempatfinal, ia membuka skor di menit kedua. Maradona mungkin tidak pernah menyangka bahwa orang yang dulu ia sangka sebagai ballboy itu kelak menjadi figur yang yang memulai mimpi buruk buat dia dan Argentina, karena anak-anak Tango menyerah 0-4.

Mueller sepertinya “puas” bisa mereaksi dengan “tegas”, sikap Maradona pada dirinya dulu itu. Pemain Bayern Munich itu yakin, Maradona takkan pernah meremehkan dan melupakannya lagi. “Tentang Maradona, ya ini spesial bagi saya. Saya pikir dia tidak akan mengira saya ballboy lagi. Dia mungkin lupa dengan saya saat itu (empat bulan lalu), tapi sekarang pasti dia ingat,” ujarnya santai seperti dikutip Express.

Hanya saja, laga melawan Tim Tango membawa suatu ketidakberuntungan bagi Mueller. Ia terkena kartu kuning karena dianggap senagaj menahan bola dengan tangan. Dan karena sudah mengantongi satu kartu kuning di pertandingan sebelumnya, Mueller tidak bisa membela Die Mannschaft di laga semifinal melawan Spanyol Rabu (7/7/201) tengah malam.

Ejek Dunga dan Maradona ?

Setelah berhasil mengalahkan Brasil pada babak perempat-final Piala Dunia 2010, gelandang andalan Belanda Wesley Sneijder muncul dengan komentar mengejutkan. “Setelah babak pertama yang menyulitkan melawan Brasil, kami mampu tampil tenang. Saya lebih baik memiliki pelatih seperti Bert van Marwijk ketimbang dua idiot seperti Diego Maradona dan Carlos Dunga,” ujar sang pemain seperti dilansir Helden.

Namun, Sneijder buru-buru meluruskan pernyataan tersebut. Menurutnya, media salah menafsirkan perkataannya. “Ada kesalahan besar dalam menerjemahkan dan dalam banyak versi terjemahan kalimat saya,” bantahnya. “Dalam wawancara, saya tak pernah merujuk Maradona atau Dunga, yang saya hormati karena jerih payah mereka sebagai pelatih.”
”Dalam wawancara tersebut, saya hanya menyebutkan perbedaan di antara pelatih, yang tentu tidak sama satu dengan yang lain. Saya menyesal telah terjadi kesalahpahaman akibat komentar saya.” Federasi sepakbola Belanda (KNVB) juga melansir pernyataan yang membantah Sneijder pernah mengatakan kata “idiot”. Helden menanggapinya dengan menghapus kata “idiot” dalam tulisan hasil wawancara di laman resmi mereka.

No comments:

Post a Comment